BATU YANG KETIGA

Batu yang ketiga adalah MENGHADAPI SERANGAN.

Setelah kita melewati BATU YANG PERTAMA, kita barangkali telah merasakan bahwa serangan terhadap diri kita telah semakin gencar. Tubuh dan pikiran kita mulai merasakan efek dari ‘serangan' itu.

Kekuatiran, kecemasan, ketakutan, sakit hati, luka-luka bathin, dll (emosi) yang biasanya kita tutupi atau pendam dengan dengan melakukan aktivitas seksual akan muncul ke permukaan. Hal ini memicu kegelisahan, ketidak tenangan, kegalauan dalam hati, dsb.

Tubuh yang secara fisik telah terbiasa dengan kompensasi seksual yang kita berikan mulai bereaksi seperti rasa lapar ketika perut kosong.

Kekosongan di dalam diri kita mulai dimanipulasi seakan itu hanya bisa dipenuhi dan dipuaskan apabila kita menyerahkan diri pada perilaku seksual seperti yang sebelum-sebelumnya terjadi, hal ini terjadi baik kita sadari atau tidak.

Ketika hal ini terjadi, ketahuilah tindakan apa yang perlu kita lakukan.
Yang pertama, ucapkanlah sebuah doa singkat mohon kekuatan dari Tuhan. Kemudian segeralah mengambil tindakan dengan mengacu pada rencana pertahanan di saat kritis. Lakukan apa yang telah Anda rencanakan untuk menyikapi situasi yang Anda hadapi.

Ketika kita terjebak dengan perasaan yang melingkupi kita dan yang memaksa kita untuk melakukan apa yang tidak kita ingin lakukan, pada saat seperti ini melawan dorongan di dalam diri sama saja dengan menambahinya, maka kita perlu menyadari bahwa saat itu adalah saat kita menyerahkan diri pada kasih karunia Allah sepenuhnya.

Kita perlu datang kepada Allah dalam doa untuk mengakui segala ketidak-layakan, keberdosaan, kekurangan, dan kelemahan kita, serta memohonkan pengampunanNya serta kekuatan Roh Kudus untuk memperbarui hidup kita.

Kita perlu mengakui kekuatiran, kecemasan, ketakutan, sakit hati, luka-luka bathin, dll di dalam diri kita kepada Allah dan menyerahkan itu semua kepada Allah.

Jangan lagi kita merampasnya kembali dari tangan Allah untuk kita simpan di dalam hati kita.

Setiap kali kita teringat akan luka-luka di masa lalu, adalah penting untuk meminta Tuhan supaya Ia berkenan untuk menyembuhkannya. Jika perlu untuk kita mengampuni diri sendiri atau orang lain, mintalah kepada Tuhan supaya kita bisa melakukannya.

Ketika mengalami kekecewaan atau penolakan dari orang lain kita perlu mengingatkan diri kita sendiri untuk melihat diri kita sendiri dari sudut pandang Allah, yakni bahwa kita ini berharga di mataNya, dan mulia dan Allah mengasihi kita (Yes 43:4).

Dalamnya hendaklah kita mengerti bahwa Allah tahu siapa kita dan Ia mengasihi kita.

Doa yang kita ucapkan dalam situasi ini dapat diungkapkan dengan lagu/nyanyian rohani, dengan tulisan (cerita/puisi), dapat dengan air mata, tangisan, ratapan, atau dengan cara yang mana Roh Kudus menuntun kita. Sertai doa kita itu dengan pengakuan akan kedaulatan Allah di dalam hidup kita, bahwa hidup kita ini adalah miliknya, dan tidak ada apapun yang dapat memisahkan kita dari kasih karunia Allah (bnd. Roma 8:35).

BATU YANG KEEMPAT

(jika Anda memiliki pertanyaan, silahkan mengirimkannya lewat email ke konselinganonim@gmail.com. Anda bisa menciptakan email samaran untuk berkonsultasi.)

No comments:

Material di blog ini dapat digunakan dan dibagikan tanpa izin dari blog author sepanjang penggunaannya adalah untuk pelayanan dan tidak mengenakan pungutan biaya apapun.

Popular Posts

Doa Ketentraman Jiwa

Ya Tuhan, karuniakanlah kepadaku
ketentraman jiwa untuk menerima
hal-hal yang tidak dapat aku ubah;
keberanian untuk mengubah
hal-hal yang dapat aku ubah;
dan hikmat untuk membedakan keduanya.
Hidup sehari demi sehari.
Menikmati satu waktu di setiap saat.
Melihat sengsara sebagai jalan pada kedamaian;
sama seperti Dia,
menerima dunia yang berdosa ini
dengan apa adanya, dan percaya
bahwa Ia akan membuat
segala sesuatunya indah
jika aku berserah pada kehendakNya;
supaya aku dapat sedikit berbahagia

dalam hidup ini
dan berlimpah bahagia
ketika aku bersamaNya selama-lamanya.
Amin.